Jumat, 16 April 2010

Ketika Diam itu Lebih Baik

Sadarkah kita ketika kita terlalu banyak bicara terutama bicara-bicara yang tidak bermanfaat, ada semacam sensor di dalam diri kita yang mengatakan, "Husshh, kamu kayanya udah terlalu over deh ngomongnya!". Ya, ketika hati kita masih peka, sensor seperti itu akan muncul untuk mengingatkan kita terhadap apa yang kita lakukan kalau memang dirasa salah.

Bukan berarti kita tidak boleh bicara lantas menjadi seorang yang pendiam. Namun berbicara sesuai tempat, waktu, dan porsinya akan lebih baik daripada berbicara yang tanpa arah dan tujuan. Terkadang kita ini memang sulit untuk mengendalikan lisan kita, bener ga? Apa-apa yang terlihat dan terdengar langsung dikomentari, dan tidak jarang komentarnya pun adalah komentar yang negatif. Hanya menghabiskan energi dan ga bermanfaat sama sekali. Bikin yang denger pun jadi gerah. Lalu, kebanyakan mengeluh pun tidak baik lho. Seringkali ketika kita mengalami sesuatu yang ga enak, kita langsung mengeluh. Pake didramatisir segala lagi, seakan-akan kita sedang menghadapi a big trouble. Padahal kenyataannya ga seperti itu. Kita aja yang terlalu lebay. Nah, yang ini juga kurang manfaat, hanya buang-buang tenaga aja. Ga nyelesein masalah sama sekali. Terus, selain itu kita juga sering marah-marah ga jelas gitu. Masalahnya sih ga seberapa, tapi marahnya sampe ga ketulungan. Ini juga jadinya ga proporsional. Tidak menempatkan sesuatu pada porsi yang seharusnya. Banyak bicara lainnya yang ga baik adalah ketika kita terlalu sibuk membicarakan keburukan orang lain tanpa berkaca dulu siapa diri kita. Jangan-jangan kita tidak jauh lebih baik dari orang yang kita bicarakan itu. Kita kadang terlalu sibuk dengan urusan orang lain, padahal ga ada hubungannya sama sekali sama hidup kita, tapi koq malah kita yang capek-capek mikirin.

Selayaknya kita bisa mengendalikan lisan kita dari bicara yang tidak perlu, bicara yang berlebihan, bicara yang tidak baik, mengeluh dan marah-marah. Apapun kalau diletakkan sesuai dengan porsinya akan menjadi lebih baik. Cobalah bertanya kepada hati nurani kita ketika kita akan berbicara, "Apakah saya perlu membicarakan ini? Apakakah ini ada manfaatnya? Apakah ini tidak akan menyakiti orang lain? Dengan begitu, perkataan-perkatan yang akan terlontar dari lisan kita adalah perkataan-perkataan yang sudah diminimalisir kemudorotannya karena melalui penyaringan terlebih dahulu. Bukankah dengan satu perkataan pun jika kita tidak hati-hati dapat menjerumuskan kita ke dalam api neraka? Na'udzubillahi. Maka mulai saat ini, alangkah bijaknya jika kita mulai memperhatikan setiap perkataan kita agar jangan sampai perkataan kita membuat kita celaka.

Jadi, Ketika diam itu lebih baik, kenapa kita harus banyak bicara???


Tidak ada komentar: